Ketika
kita mendengar kata perubahan,begitu banyak kata yang anonim atau sama artinya
dengan perilaku kita di lingkungan atau aktifitas kita sehari-hari, bahkan
kadang kita lupa akan apa yang menjadi awal mula kalimat ini, karena perubahan
itu merupakan sebuah proses atau tata cara hidup yang setiap detik bisa rasakan
ketika kita senantiasa merenungkannya di aktifitas kita.
Jikalau
kita bayangkan kembali dari masa kecil sampai saat ini atau umur terakhir kita
renungkan kembali bahkan tata kelola kehidupan kita pun banyak di pengaruhi
oleh lingkungan kita berada baik dari masa kecil sampai kita berada saat ini,
banyak yang kita alami yang kadang kala bisa membuat kita tertawa atau sedih
ketika mengingatnya kembali. Sudah banyak yang kita dengar tentang perubahan
itu sendiri dari berbagai orang, baik itu dari pemuka-pemuka agama,
motivator-motivator,yang menjadi persoalanya kadang kita juga belum tau apa
yang mau kita rubah dari pribadi kita sendiri itulah yang menjadi salah satu
penyebab kenapa perubahan itu perlu kita
renungkan dan perlu kita ketahui apa yang inginkan untuk hidup kita. dengan
berbagai kesibukan kita kita bahkan lupa untuk merenungkan kembali aktifitas
kita sehari-hari atau merefleksikan kembali apa yang sudah kita lakukan
sepanjang satu hari ini.
Dalam
memahami arti sebuah perubahan dengan berbagai tapsiran ataupun cara pandang
kita, disini bisa disimpulkan bahwa ketika kita secara pribadi ingi berubah
ataupun ingin beranjak dari kebiasaan kita, tentunya haruslah pertama kita
dapat mengenal siapa kita sebenarnya dan juga dapat direnungkan mengenai
lingkungan tempat kita berada ataupun komonitas baika itu sifatnya umum maupun
kelompok-kelompok ( komonitas kedaerahan, komunitas agama, dan lain-lainnya)
disini kita harus benar-benar mampu menyadari sebenarnya kita dalam komunitas
itu sebagai apa , kita harus seperti apa, dalam hal ini agar kita mampu
memahami siapa kawan kita ataupun siapa saudara kita(dalam hal ini ketika
berada dalam komunitas daerah). Untuk benar-benar kita membuka diri dan bisa
berada dalam sebuah persamaan persepsi dan juga suatu sikap yang mengarah pada
kebutuhan bersama yang tentunya kebutuhan untuk komunitas itu.
Dalam
argumen diatas kalau belum kita pahami secara gamblang atau secara
sungguh-sungguh tentunya kita belum mampu untuk dapat beranjak ke hal-hal yang
substansial. Disini arah dalam tulisan ini agar kita dapat memahami potensi
diri kita dan tentunya dapat kita resapi sehingga kita bisa mampu untuk
berinteraksi karena secara pribadi tentunya lingkungan tempat kita berada
adalah sebuah penentu dalam hal menggapai keinginan untuk berubah, sehingga
kita mampu mengolah pribadi kita secara umum.
Pada
saat saya mengikuti sebuah pelatihan tentang pengembangan diri ada sebuah
cerita yang menurut saya perlu kita ketahui bersama yang mungkin akan menjadi
bahan perenungan kita ketika betul –betul secara sungguh menginginkan sebuah
perubahan itu.
Yang menjadi bahan
refleksi:
Ketika
aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi MENGUBAH DUNIA. Seiring
dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tak kunjung
berubah. Maka cita-cita itupun agak
kupersempit, lalu kuputuskan untuk hanya MENGUBAH NEGERI ku. Namun tampaknya hasrat itupun tiada
hasilnya. Ketika usiaku semakin senja,
dengan semangatku yang masih tersisa, kuputuskan untuk MENGUBAH KELUARGA
ku, orang-orang yang paling dekat dengan ku.
Tapi celakanya merekapun tidak mau diubah!
Dan
kini sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari: “andaikan yang
pertama-tama kuubah adalah DIRIKU, maka dengan menjadikan diriku sebagai
PANUTAN, mungkin aku bisa mengubah keluarga ku.
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa saja akupun mampu
memperbaiki negeri ku; kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa MENGUBAH DUNIA.Sumber:
Tulisan ini terpahat makam seorang
pendeta di Westminster Abbey, Inggirs Tertera tahun 1100 Masehi
0 Comments:
Posting Komentar