Rabu, 16 Desember 2020
Senin, 30 Maret 2020
Ibunda/Mama/Malaikat. Segalanya(11 Maret 2019)
Terbelenggu oleh penyesalan, ketika waktu sepertinya sudah tidak bermakna lagi , inginya waktu bisa
di atur, agar waktu bisa di putar kembali dan juga bisa dipercepat.
Kehilangan itu sakit, mengenang sama juga sakitnya. seolah waktu berhenti dan detak jantung terhenti ketika kabar itu datang(21 Februari 2019).
Penyesalan ketika sudah memutuskan untuk mengarungi hidup berjauhan sama keluarga/merantau lebih khususnya berjauhan dengan ibunda tersayang, diluar dugaan dan perkiraan ketika mama tersayang harus pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya, tanpa pertemuan semenjak dua tahun yang lalu memutuskan untuk merantau, cium hidung terakhir untuk sang ibunda ketika itu ketika pamit untuk pergi, feeling sebagai ibu pastinya sudah ada waktu itu,sepertinya berat untuk melepas kepergian saya untuk merantau, aura wajah ibu agak berbeda ketika saya akan berangkat, saya pun juga merasakan ada yang berbeda dari pandangan ibu, tidak seperti biasanya ketika saya harus pergi.
apalah arti berjuang ketika obyek yang mau dibahagiakan sudah tidak bersama lagi di dunia, apalah arti bekerja ketika cinta sejati harus kembali. kebiasaan untuk menelpon dan ditelpon oleh sang malaikat sudah tidak ada lagi, seperti biasanya jika dalam beberapa hari tidak menelpon pasti dengan tiba-tiba nada dering telpon akan berdering telepon dari ibunda tersayang. dan saat ini tidak ada lagi terdengar nada dering telpon itu.
Hancur dan sakit hati yang tidak bisa terobati, air mata yang tak mau berhenti ketika mengetahui bahwa itu adalah nyata buka mimpi.
ohh....Tuhan ku yang ku sembah satu-satunya, masih menunggu jawaban dan mencari jawaban dari semua ini, bukankah doaku selama ini agar satu-satunya orang yang kusayangi ini selalu dilindungi dan diberkati agar memperoleh kesehatan senantiasa agar memperoleh umur yang panjang? kemanakah arah doaku itu? bertanya pun sudah tidak ada lagi yang mampu memberikan jawaban.
kepada siapa lagi saya sampaikan keluh kesah, tentang apapun yang terjadi dalam hidupku?
yang selalu memberi jawaban disaat saya membutuhkan jawaban?
yang memberikan jalan keluar ketika saya mengalami kesulitan?
AHHHH!!!!!!!!!!! Tuhan Sungguh kehilangan ini tak mampu saya hadapi.
Kepada siapa lagi
di atur, agar waktu bisa di putar kembali dan juga bisa dipercepat.
Kehilangan itu sakit, mengenang sama juga sakitnya. seolah waktu berhenti dan detak jantung terhenti ketika kabar itu datang(21 Februari 2019).
Penyesalan ketika sudah memutuskan untuk mengarungi hidup berjauhan sama keluarga/merantau lebih khususnya berjauhan dengan ibunda tersayang, diluar dugaan dan perkiraan ketika mama tersayang harus pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya, tanpa pertemuan semenjak dua tahun yang lalu memutuskan untuk merantau, cium hidung terakhir untuk sang ibunda ketika itu ketika pamit untuk pergi, feeling sebagai ibu pastinya sudah ada waktu itu,sepertinya berat untuk melepas kepergian saya untuk merantau, aura wajah ibu agak berbeda ketika saya akan berangkat, saya pun juga merasakan ada yang berbeda dari pandangan ibu, tidak seperti biasanya ketika saya harus pergi.
apalah arti berjuang ketika obyek yang mau dibahagiakan sudah tidak bersama lagi di dunia, apalah arti bekerja ketika cinta sejati harus kembali. kebiasaan untuk menelpon dan ditelpon oleh sang malaikat sudah tidak ada lagi, seperti biasanya jika dalam beberapa hari tidak menelpon pasti dengan tiba-tiba nada dering telpon akan berdering telepon dari ibunda tersayang. dan saat ini tidak ada lagi terdengar nada dering telpon itu.
Hancur dan sakit hati yang tidak bisa terobati, air mata yang tak mau berhenti ketika mengetahui bahwa itu adalah nyata buka mimpi.
ohh....Tuhan ku yang ku sembah satu-satunya, masih menunggu jawaban dan mencari jawaban dari semua ini, bukankah doaku selama ini agar satu-satunya orang yang kusayangi ini selalu dilindungi dan diberkati agar memperoleh kesehatan senantiasa agar memperoleh umur yang panjang? kemanakah arah doaku itu? bertanya pun sudah tidak ada lagi yang mampu memberikan jawaban.
kepada siapa lagi saya sampaikan keluh kesah, tentang apapun yang terjadi dalam hidupku?
yang selalu memberi jawaban disaat saya membutuhkan jawaban?
yang memberikan jalan keluar ketika saya mengalami kesulitan?
Kepada siapa lagi
Written Maret 30, 2020 by Oryhd.blogspot.com
No commentsSelasa, 10 Oktober 2017
Indonesia Kita atau Indonesia Aku
Oleh : Ory H Deta
Kondisi Indonesia saat
ini sudah
terlampau jauh ketika kita lihat dari segala aspek baik itu secara ekonomi,
budaya, sosial,dan lain-lain. Terlampau jauh dalam
hal ini sudah 67
tahun kita merdeka. Dan sekarang
sudah memasuki tahun
ke-68 untuk
merdeka bebas dari penjajah yang
sebenarnya bebas dari segala tirani ataupun dari segala lini yang secara tidak
sadar bahwa kita belum seutuhnya merdeka. Kondisi ini membuat kita terkadang
terlena. Bahkan
juga kita cenderung
untuk diam. Dalam artian diam
melihat kondisi yang semakin hari semakin terasa dampaknya.
Bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang boleh dikatakan bermartabat dan kaya akan SDA. Dimana itu semuanya cuma dongeng masa lalu
yang membuat kita pun terlena, bahkan
lupa akan identitas bangsa kita yang mempunyai banyak kelebihan (kita dikatakan bangsa yang multikultur). Inilah yang perlu kita cermati, apa
benar pengakuan
ini sudah dipahami secara matang atau masih perlu di tinjau. Yakni tentang identitas bangsa kita
yang belum semuanya masyarakat paham tentang bangsa Indonesia yang
sesungguhnya dimana pancasila sebagai identitas bangsa yang tidak bisa di ganggu gugat lagi.
Banyak persoalan
kebangsaan yang masih belum diperbaharui secara keseluruhan acapkali sering
terdengar bangsa ini membutuhkan perubahan. Tapi dengan kondisi yang masih
mempertahankan identitas diri atau kelompok sering terjadi di berbagai
kalangan, pertikaian-pertikaian yang mengarah ke SARA masih sering terjadi dengan berbagai
persoalan. Bahkan
tidak mengakui bahwa ini adalah bagian dari konflik SARA.
Etnonasionalisme yang
dulu sempat merupakan stimulus untuk menggapai kemerdekaan sekarang sudah
berganti arah. Sekarang
menuju pada pengakuan akan daerah atau kelompok saya yang benar. Inilah yang bisa di tinjau kembali apakah kesalahan masa lalu atau
kesalahan segelintir orang yang menjadikan isu ini sebagai batu loncatan menuju
kepentingan pribadi.
Keindonesiaan kita masih perlu untuk diperbaharui. Pertanyaannya apakah benar ini merupakan
proses peradaban atau cuma khayalan
di siang bolong. Dimana belum
ditemukannya formula baru yang
tepat sehingga masyarakat benar-benar memperoleh kedamaian dan kesejahteraan.
Serta kemudian kita dikatakan 100% merdeka. Polemik bangsa yang
akhir-akhir ini terjadi membuat
kita sebagai anak bangsa merasa gelisah. Dan memang cukup memprihatinkan kondisi keindonesiaan kita. Sehingga timbul pertanyaan apakah kita harus seperti negara Ethiopia
atau bahasa kasarnya negara
gagal?
Keindonesian kita
akhir-akhir ini lebih
menonjolkan identitas yang mengarah pada kepentingan kelompok. Akibat dari sikap yang seperti ini, citra Indonesia yang
dahulunya dikenal sebagai bangsa penganut paham gotong royong sudah berangsur-angsur hilang sekarang. Dan lebih mengarah pada
sikap individual, Tidak
dapat dipungkiri mengenai sikap individu itu merupakan sebuah sikap yang menuju
pada pribadi yang matang atau pada kepentingan karir. Namun kita harus jeli dalam melihat
proses aktualisasi diri. Sekarang
kita berada dalam kondisi yang seperti apa?
Dengan
lebih mengutamakan kepentingan pribadi di tengah carut-marutnya bangsa kita saat ini, membuat bangsa kita pun kehilangan
identitas yang sesungguhnya.
Sehingga
menimbulkan sikap eksklusif yang mengarah pada hilangnya nilai keindonesiaan yang sejati.
Indonesia kita yang
diangkat pada topik ini lebih mengutamakan sikap kolektif. Yakni sama seperti bangsa Indonesia dibangun atas dasar kebutuhan
karena adanya sikap kebersamaan lebih mengutamakan bangsa indonesia yang adil
dan bermartabat. Dan sama
seperti pada waktu para founding father/mother
kita menjadikan bangsa ini republik
bukan negara bagian. Karena
berdasarkan persamaan persepsi dan juga culture,
hubungan antara budaya-budaya di nusantara ini hampir semua daerah memiliki
persamaan dalam kultur dan lain-lainnya. Tidak salah sehingga Gadjah Mada pada waktu itu mengangkat sumpah
palapanya dimana tujuannya mempersatukan
nusantara.
Atau
kita cermati lagi makna sumpah pemuda yang belum terlalu jauh kita rayakan. Keinginan dan kebutuhan yang sama secara
kolektif sehingga diangkatnya
sebuah sumpah pemuda yang arahannya lebih pada kepentingan bersama. Karena adanya kepercayaan (trust)
antara pemuda pada waktu itu sehingga munculnya sumpah yang sangat berpengaruh
sampai saat ini.
Pancasila yang kita
anut sebagai paham bangsa haruslah di
jaga identitasnya. Karena
banyak nilai yang tertanam
didalamnya yang bisa kita arahkan pada rasa saling percaya antara suku, ras dan
agama. Timbulnya
rasa ini jika adanya kemauan di antara
perbedaan budaya dan agama, maka sikap yang sudah di bangun pada
waktu itu tentunya akan terus ada pada saat ini. Misalnya di daerah Yogyakarta mengangkat sebuah istilah hamemayu hayuning buwana[1] yang
merupakan istilah yang pakai bagi sultan sebagai raja atau ksatria. Ini diangkat sebagai kearifan lokal yang
harus dijaga sultan sebagai raja bagi
orang
Yogya. Kepercayaan ini harus dijaga agar kharismanya bisa
terjaga.
Istilah
hamemayu hayuning buwana ini
merupakan rasa keutuhan dan rasa kemanusiaan yang perlu dijaga. Ini membutuhkan rasa saling percaya
sehingga terbangun sebuah kebersamaan. Dimana masing-masing orang menyadari bahwa manusia
itu sama tidak ada perbedaan golongan yang dilihat adalah rasa kemanusiannya
dan sesama ciptaan Tuhannya bukan untuk menguasai satu sama lain.
Melihat kondisi
indonesia yang multikultur
ini, ada
semboyan bahwa “ Pelangi
memiliki banyak perbedaan warna.
Ketika
perbedaan warna itu beragam, justru
menghadirkan sebuah keindahan”.
Kita
kaitkan dengan Indonesia
yang banyak suku, ras, dan agama; tentunya
banyak keragaman. Tapi
ketika semuanya memiliki kesamaan tekad untuk bersatu, tentunya akan mengalami keindahan.
Rasa nasionalisme yang
harus di jaga bukan karena adanya kepentingan dan karena adanya kebutuhan dari aspek politik, ekonomi, ketahanan, dan sosial. Kadang istilah ini sering dijadikan
sebagai pemantik untuk ajang mencari popularitas. Memang ketika diterjemahkan atau dimaknai dalam lingkup bela negara, itu perlu. Tapi kadang ini malah dijadikan janji-janji
yang justru menjebak publik karena
adanya kepentingan sesaat.
Marilah kita menelaah
lebih jauh makna nasionalisme lebih pada ke-KITA-an bukan pada ke-AKU-an. Di sini bisa kita lihat sebagai kebutuhan bersama untuk
mencapai bangsa yang benar-benar bermartabat dari berbagai sektor. Baik itu ekonomi, sosial, maupun budaya.
Rasa memiliki terhadap
bangsa ini kita bangun atas dasar kebutuhan yang sama. Sehingga tidak ada lagi diskriminasi
terhadap yang minoritas. Kita perlu
ingat bahwa bangsa ini dibangun bukan atas dasar mayoritas dan
minoritas, tapi
karena adanya kebutuhan yang sama. Bung
Karno sebagai founding father kita sempat menegaskan bahwa “Di dalam Indonesia merdeka itu, perjuangan kita
harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dari perjuangan sekarang. Nanti kita
bersama–sama sebagai bangsa, bersatu padu, berjuang terus menyelenggarakan apa
yang di cita-citakan di dalam Pancasila.” (Pidato Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945).
Bhineka Tunggal Ika, sebagai semboyan bangsa kita yang punya latar belakang keragaman perbedaan, marilah dilihat sebagai pengakuan
bersama atas kepercayaan yang harus kita bangun sebagai bentuk solidaritas
membangun bangsa untuk menuju kesejahtraan dan kedamaian bersama.
Melihat keindonesiaan saat ini, tentunya perlu ditinjau kembali mengenai
identitas dan status yang benar-benar menunjukan identitas. Yakni lewat karya
yang nyata. Sehingga timbul kepercayaan (trust)
dalam lingkup anak negeri. Karena sikap ke-AKU-an sudah semakin merasuk dan
mengakibatkan runtuhnya sikap rasa cinta tanah air.
Sebagai anak bangsa, saat ini kita pun sudah berada dalam lingkup sikap
seperti itu. Dengan semakin maraknya kondisi kebangsaan yang mengarah pada
konflik SARA, justru membuat kita kehilangan identitas. Sebagaimana sudah dijelaskan
mengenai Bhineka Tunggal Ika tadi yang mengarah pada pengembangan rasa saling
percaya. Dan mengarah pada kepentingan Indonesia yang ke-KITA-an, bukan pada kepentingan
individu atau kelompok.
Konsep pembangunan bangsa ini, dari masa kemerdekaan sampai pada masa reformasi,
memilki banyak persepsi yang berbeda-beda. Zaman Soekarno dengan konsep
pembangunan dan rasa nasionalisme yang lebih ditekankan. Sedangkan zaman Soeharto
lebih pada konsep pembangunan ekonomi. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa era Soeharto
lebih nyata pembangunan dari segi ekonomi. Tapi justru mendatangkan hutang bagi
kita generasi penerusnya.
Kalau dikaji lagi dalam berbagai aspek, tentunya banyak sekali persoalan kebangsaan
yang sebenarnya bisa kita lihat dan mampu dijadikan pedoman untuk konsep
pembangunan bangsa yang menjadi tantangan kita kedepannya. Kebutuhan bangsa
saat ini adalah bagaimana menciptakan generasi yang kreatif, inovatif, afektif,
dan tentunya rasa cinta tanah air. Karena dari hal inilah, timbul generasi yang
benar-benar solid dan juga bela tanah air melalui memahami kembali sejarah dan
juga memaknai arti dari bela tanah air yang sesungguhnya.
Keragaman Indonesia yang menjadi kebanggaan sudah luntur dan bahkan hilang
dari berbagai sudut pandang. Baik itu dari aspek budaya, sosial, maupun ketahanan
negara. Makin menurunnya budaya kolektif yang sudah dibangun dari para
pendahulu kita, membuat makin melemahnya pemahaman tentang Indonesia. Inilah
yang menjadi tantangan bagi kita generasi penerus.
Pemaknaan otonomi daerah yang sudah sekian lamanya dipertentangkan, sampai
saat ini pun masih mencari format harus yang seperti apa. Di sini dapat dilihat
apakah dengan persoalan etnonasionalisme melalui konsep otonomi daerah ini yang
membuat kita terjebak. Misalnya dengan konsep kepala daerahnya adalah anak
daerah, kemudian memunculkan sikap sektarian dan primordialisme. Dan dari hal
inilah yang membuat nasionalisme memudar bahkan hilang.
Ideologi bangsa Indonesia, dengan empat pilar kebangsaan yang menjadi
pedoman demi mencapai bangsa Indonesia yang di cita-citakan, menjadi kebutuhan
yang setiap era atau zaman tidak akan selesai dibicarakan. Karena di berbagai
era tentunya persoalan yang dihadapi berbeda.
Susahnya mendefinisikan persoalan bangsa
yang menjadi pokok dari sekian banyaknya persoalan kadang menimbulkan banyak
penafsiran. Sehingga kita, sebagai kaum muda yang menganggap bahwa letak masa
depan bangsa itu ada di pundak kita, hendaknya banyak berefleksi tentang konsep
negara yang sudah dibangun. Sehingga memacu kita untuk memaknai apa sebenarnya
yang menjadi kebutuhan bangsa saat ini.
Maraknya kasus korupsi merupakan salah satu contoh rendahnya pemahaman
tentang rasa nasionalisme yang berujung pada hilangnya identitas bangsa. Sehingga
bangsa kita hilang akan posisi tawarnya dengan bangsa/negara lain. Karena membuat
moral bangsa kita rendah dalam pandangan bangsa lain.
Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita sebagai anak negeri menjadikan
bangsa ini menjadi bangsa yang beradab. Tentunya dalam mengaktualisasikan diri,
kita (mulai dari diri sendiri) lebih mengutamakan kepentingan atau kebutuhan
bersama. Sehingga dalam berproses, kesalahan atau keagungan masa lalu tidak
menjadi batu sandungan dalam berkarya.
Daftar Pustaka:
Mintoraharjo,Sukowaluyo.2006.Kebangsaan
Kita dan Tantangan Masa Depan.dalam
buku Kontekstualisasi GMKI di Gereja,
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat di Era Reformasi Indonesia dan Globalisasi
Dunia. Bandung:GMKI Cabang Bandung.hal. 8-18.
Patty,Albertus.2006.Etnonasionalisme.dalam
buku Kontekstualisasi GMKI di Gereja,
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat di Era Reformasi Indonesia dan Globalisasi
Dunia. Bandung:GMKI Cabang Bandung.hal. 3-7.
Sri Sultan Hamengku
Buwono X.2008.Yogyakarta untuk
Nusantara:Renungan Kebangsaan menyambut 63 Tahun Kemerdekaan Republik
Indonesia.Yogyakarta:Forum Rakyat Yogyakarta.
Written Oktober 10, 2017 by Oryhd.blogspot.com
No commentsSelasa, 09 Februari 2016
DIRGAHAYU GMKI Ke-66/GMKI Melintasi Zaman ataukah dilintasi Zaman-
-------------------GMKI Melintasi
Zaman ataukah dilintasi Zaman-----------------
GMKI(Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia)yang merupakan organisasi
gerakan kemahasiswaan yang tepatnya pada hari ini yaitu tanggal 9 februari 2016
sedang diperingati hari lahirnya atau ber-Dies Natalis yang ke 66, umur yang sudah
melampaui separuh abad, dan jika ditelisik secara mendalam dari sejarah GMKI
bukan saja baru berumur 66 namun sudah berada pada umur yang ke 84 dilihat dari
cikal bakal berdirinya pada tahun 32. Dimana embrio GMKI mulai muncul pada
tahun itu sehingga membentuk sebuah organisasi yang lebih di kenal seperti
sekarang ini yaitu GMKI.
Sejenak mengenang massa
lalu serta mengagungkan massa lalu dimana GMKI memiliki peran yang cukup
signifikan terhadap perkembangan bangsa dimulai dari Sebelum kemerdekaan sampai
pada Pasca kemerdekaan bangsa tercinta kita ini, peran GMKI dalam pergolakan bangsa
sebelum merdeka dan sesudah merdeka, melalui aksi-aksi para pendahulu di
tiga(3) medan pelayanannya yaitu gereja, masyarakat dan perguruan tinggi,dimana
peran serta para tokoh-tokoh GMKI pada saat itu banyak memberikan pengaruh baik
itu melalui pemikiran dan aksi nyata terhadap pergolakan bangsa serta tidak terlepas
dari perkembangan gereja-gereja, sehingga kehadiran GMKI benar-benar bermanfaat
bagi masyarakat pada umumnya dan masyarakat gereja serta masyarakat perguruan
tinggi.
Era atau zaman sudah tidak
mengenal kompromi atau tidak menunggu untuk berpikir sejenak agar berubah,
perubahan dari massa ke massa kian cepat bahkan terlambat berpikir sedetikpun
perubahan sudah terjadi dimana-mana, dan itulah realitas zaman saat ini dengan
perkembangan teknologi yang kian pesat bahkan mempengaruhi corak atau cara
hidup umat manusia sehingga ketergantungan terhadap teknologi serta semakin
meningkatnya sikap individual yang kian pelik menggerogoti cara hidup manusia,
nilai positif dan nilai negatifnya tidak bisa dipungkiri bahwa itu ada.
Keberadaan
GMKI yang tergolong lama karena sudah memakan usia hingga ke-66 memliki banyak
cerita dan tentunya pergolakan disetiap era memiliki kisah dan ceritanya masing-masing
sehingga boleh dikatakan bahwa GMKI memiliki massanya masing-masing, sebagai
organisasi kader dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas dari pada
anggotanya agar seimbang baik itu bagi anggota yang sudah pernah ataupun sedang
menjadi anggota GMKI dan sudah banyak memberikan bukti lewat aksi nyata dari pada
pendahulu-pendahulu GMKI atau senior GMKI pada massa lalu.
GMKI
Yogyakarta beberapa hari yang lalu mengadakan temu kangen senior yang
difasilitasi oleh BPC dan senior-senior GMKI Yogyakarta yang berdomisili di
Yogya, diadakan di JVR (Java Village Resort) dan dihadiri oleh
senior-senior GMKI dari seluruh pelosok tanah air,melihat luapan sukacita dan antusias oleh senior-senior
GMKI Yogyakarta memberikan motivasi secara khusus bagi para yunior-yunior yang saat ini
sedang tergabung dalam GMKI, dimana keakraban, kekeluargan yang begitu hangat
serta cerita-cerita yang sangat antusias sesuai dengan era dari masing-masing
senior yang sangat menggebu-gebu begitu yang banyak memberikan pencerahan,
serta motivasi akan kemana GMKI saat ini khususnya bagi generasi-generasi yang mengikuti jejak
mereka yang tergabung dalam GMKI.
Berbagai cerita, motivasi,
sharing dari para senior-senior tentang
GMKI yang dahulu serta GMKI yang saat ini sangat beragam dan memberikan banyak masukan
yang cukup strategis bila ditindak lanjuti. sehingga apa yang menjadi
pergumulan dan tujuan bersama dalam
konteks saat ini,bagi organisasi kemahasiswaan khususnya semacam GMKI yang termasuk
dalam kategori organisasi yang cukup lama untuk berkiprah bagi bangsa, gereja
dan perguruan tinggi, dapat tercapai dan mampu memberikan atau menghasilkan
karya bagi nusa dan bangsa serta gereja dan perguruan tinggi.
Harapan serta keinginan
bersama agar GMKI benar-benar nyata dalam di tiga(3) medan pelayanan GMKI serta
penerapan Tri Panjinya hendaknya ditindak lanjuti agar sesuai dengan harapan
yang tercantum dalam semboyan Ut Omnes Unum Sint,(kita agar semua menjadi satu), bagaimana sikap
GMKI saat ini dengan pergumulan gereja, bangsa dan perguruan tinggi di
tengah-tengah era globalisasi yang multi dinamis, dimana harus berani membuang
diri dalam gilasan bola raksasa serta mengikuti arah bola itu bergulir yang
bergulir secara terus menerus dan mampu untuk tetap bertahan dalam gilasan itu.
Hal yang menarik lainnya adalah
bagaimana menyikapi zaman saat ini yang membutuhkan kreatifitas setingkat dewa
untuk dapat menjaring domba-domba agar tergabung dalam zona biru yaitu zona
UOUS, mengikuti zaman dengan tidak meninggalkan nilai-nilai yang merupakan ciri
khas GMKI yaitu spiritualitas, intergritas dan profesionalitas.serta menjadi
garda terdepan terhadap pergumulan gereja dimana GMKI dapat menjadi anak
kandung gereja lagi , masyarakat dan perguruan tinggi yang semakin terguras
oleh zaman, dimana nilai-nilai kemanusian semakin memudar dengan meningkatnya
sikap individual yang bahkan tidak mampu untuk dihindari.
Enam-enam (66) merupakan
angka kembar serta angka yang besar karena sudah melewati angka-angka kecil
lainnya dengan angka yang cukup besar ini GMKI lebih optimal dalam menjalani
tugas dan panggilannya bagi bangsa Indonesia di era saat ini,dengan banyak
pergumulan yang ada serta tantangan yang cakupannya cukup luas dan membutuhkan
energi yang banyak dengan mengoptimalkan semua kekuatan yang ada agar lebih
maksimal dalam menjawab segala pergumulan yang ada di tengah-tengah medan
pelayanannya, bagaimana GMKI mampu menciptakan pola yang baru dalam menjawab
segala pergumulan yang ada dan kiprahnya bagi bangsa dan gereja semakin meningkat.
Dan bagaiamana GMKI berperan untuk selalu bertumbuh dan bertumbuh lagi.
DIRGAHAYU GMKI ke-66
Ut Omnes Unum Sint!
Written Februari 09, 2016 by Oryhd.blogspot.com
No commentsJumat, 16 Oktober 2015
Cerita #1
Yogyakarta, agustus sampai oktober
Ada pepatah klasik yang berbunyi
“ Pengalaman Hanya Bisa Jadi Guru Yang Terbaik, Kalau Kita Mau dan Mampu Jadi Murid yang Bijaksana. “ ketika membaca dan merenungi kembali makna kata-kata
dalam pepatah ini, ketika belum dirasakan dan diresapi secara benar mungkin
adalah tulisan yang tersamar dan hilang begitu saja dalam benak kita, namun
persoalan seseorang berbeda-beda dalam setiap kehidupannya, memang ada kalanya
kita merasa hidup itu adalah sikap yang harus dijalani namun persolan terkadang
datang seperti pencuri yang tidak di undang dan itulah kehidupan yang
sesungguhnya ketika terlibat dalam persoalan karena tidak bisa di pungkiri
bahwa kita adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan satu dengan yang
lainnya.
Persoalan menjadi pengalaman
dalam hidup kemudian di hubungkan dengan pepatah seperti yang diatas akan
mempunyai makna yang berarti dan bahkan menjadi bahan pembelajaran dalam
kehidupan kita sebagai makhluk social itulah hidup memang keras dan harus di
sikapi dengan kerendahan hati dan penuh ketulusan namun sebagai manusia biasa
bukan Tuhan tentunya mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan dan bahkan kita
bukan superman seperti yang kita lihat dalam dunia perfilm an bahwa selalu bisa
semuanya dilakukan dalam bentuk apapun itu.
Masalah adalah pedoman bagi
manusia untuk tidak mengulang kembali kesalahan yang sudah pernah dilakukan
sebelumnya, terkadang ketika berkalakuan baik pun ada ganjarannya ketika kita
merasa apa yang suddah kita lakukan itu baik dan benar dan bisa membantu sesama
umat manusia karena kita meyakini bahwa manusia tidak pernah terlepas dari
masalah, mungkin bisa dijadikan bahan refleksi terkait hal ini karena sangat
kontraproduktif dengan penafsiran kita pada umumnya bahwa hidup itu memang
harus selalu baik namun terkadang pada titik tertentu kita pasti akan mengalami
kejenuhan dimana kita sudah melakukan hal-hal yang baik bahkan menurut kita
bahwa hal yang kita lakukan mencerminkan seperti yang diajarkan oleh sang
pemilik kehidupan sesuai dengan iman dan kepercayaan kita selaku orang yang
beriman.
Berangkat dari hal ini sebagai
manusia yang tidak terlepas dari persoalan-persoalan kehidupan yang beragam,
dan bisa disimpulkan bahwa kecendrungan terlibat dengan persoalan akan semakin
dewasa dalam ranah pemikiran kita masing-masing tentunya sebagai manusia biasa
karena sebagai manusia tentunya tidak bisa menilai corak kehidupan kita pribadi
yang menilai adalah sesama kita sehingga memacu kita selalu melakukan hal yang
terbaik dan bila kita renungkan dan di resapi perbuatan baik memang tidak akan
kita peroleh karena sebaik apapun yang kita lakukan selalu samar-samar hasilnya
karena masing-masing orang mempunyai pandangannya masing-masing terkait
kehidupan seseorang dan tidak bisa kita katakana bahwa semuanya sudah
paripurna.
Oleh karena itu berangkat dari
itu semua tetaplah berperilaku baik bagi siapapun karena hal ini merupakan hal
yang hakiki sebagai manusia karena masyarakat adalah social action dan tentunya
gunakan akal dan pikiran dalam berperilaku baik sehingga kelakuan baik yang
kita lakukan tidak menjadi jebakan bagi diri kita sendiri, berbuatlah baik dan
benar sesuai dengan akal sebagai manusia dan sesuai norma yang diajarkan oleh
iman dan kepercayaan kita masing-masing, serta jadikan semua masalah sebagai
pengalaman dalam setiap kehidupan kita, dan harus selalu menjadi murid yang
terbaik.
Written Oktober 16, 2015 by Oryhd.blogspot.com
No commentsKamis, 10 September 2015
Kamis, 10 September 2015
Kamis, 10 September 2015
Memoriam Ayah Terkasih Almarhum Pdt.
Petrus Pahehung, SmTh.
Entah kenapa
semacam ada dorongan untuk menulis dalam rangka mengenang kembali ayah/bapak
yang sudah 10 tahun pergi dan tak kembali menghadap kepada Bapa disorga, dan waktupun tak terasa sangatlah cepat untuk beranjak dalam waktu sepuluh tahun seolah-seolah
proses kematian bapak baru saja terjadi beberapa tahun yang lalu, sudah pernah
terpikirkan sejak beberapa waktu yang lalu untuk menulis atau menceritakan kenangan bersama bapak, sembari mengenang kembali ketika bapak masih bersama kami, namun memang belum teralisasi hingga saat ini sudah menjadi kewajiban.
Bagi
siapapun sosok seorang ayah tentu sangat dibutuhkan entah dalam kondisi
apapun itu, sosok seorang ayah bagi saya telang hilang semenjak pertengahan
2005 semenjak ayah kami didiagnosa menderita penyakit yang komplikasi,(kami
ketahuinya setelah bapak dirawat di rumah sakit di RSUD Waikabubak). mengenang kembali akhir-akhir hidup bapak waktu itu sewaktu masih dirumah pastori(rumah dinas
untuk pendeta) GKS Tama Au, sebelum ke rumah sakit , perjuangan bapak
untuk memperlihatkan kondisinya bagi kami
untuk mama, dan kami anak-anaknya serta keluarga lainnya menunjukan bahwa beliau baik-baik
saja. mungkin kala itu bapak menginginkan bagi kami (istri dan anak-anaknya) agar
tidak terlalu memikirkan beliau dalam melakukan aktifitas ataupun entahlah waktu itu sugesti diri , atau seperti apa pemikiran bapak. karna bagi saya terlalu cepat dari proses bapak sakit sampai bapak meninggal.
Setelah
fase-fase terakhir untuk penyakit yang diderita bapak, dan sudah
pada stadium akhir dalam bahasa medisnya, bahkan harus dituntun ketika hendak
ke kamar mandi, keluar dari kamar tidur, semenjak itulah bapak dibujuk dan
dirayu untuk berobat ke rumah sakit, setelah tiba dirumah sakit itu pula kami
diwakili oleh ibu kami mengetahui penyakit yang diderita oleh bapak. pada
waktu itu umur saya belum genap 18 tahun. ketika melihat bapak terbaring dirumah
sakit, pada saat itu saya sebagai seorang remaja yang baru beranjak dewasa benar-benar mengalami kebingungan, karena pada saat
itu,saya baru menyelesaikan EBTANAS(evaluasi belajar tahap akhir nasional)
SMA, serta melihat bapak dirumah sakit dengan kondisi yang sangat berbeda dari
biasanya, dari cara bicaranya, badannya yang hanya bisa terbaring. banyak pertanyaan dalam diri saya,kenapa
sampai sejauh itu yang terjadi dengan penyakit bapak, terbaring kaku dan seolah-olah hanya badannya saja yang kami lihat, penyakit yang datangnya
secara tiba-tiba dan tidak pernah terbayangkan bahwa kondisi bapak akan seperti
itu, hingga saat ini moment itu belum saya terima secara ikhlas ,karena waktu itu saya masih sangat membutuhkan sosok seorang ayah dengan harapan akan melanjutkan kuliah, seperti yang sudah pernah bapak sampaikan untuk memilih jika sudah lulus mau melanjutkan kemana, mengikuri jejak beliau(sekolah Pendeta), atau ada pilihan lain ke jenjang perguruan tinggi , dan bahkan sampai dengan
saat ini masih terpikirkan, .
Kurang
lebihnya seminggu ayah kami berbaring dirumah sakit setelah melewati fase-fase
kritis ada waktunya ketika itu ayah kami dinyatakan agak membaik, kurang
memahami perkiraan medis pada waktu itu, setelah dinyatakan agak membaik, dalam
waktu yang tidak begitu lama ayah kami dinyatakan kritis lagi dan pada malam
hari nya pada waktu itu juga tanggal 6 juni 2005 ayah kami menghembuskan napas
terakhirnya. disaat bapak menghembuskan napas terakhirnya dari kami bertiga anaknya tidak disamping bapak, kakak saya masih diluar sumba kuliah di salatiga, adik saya sedang
berada di kos persiapan untuk kesekolah besok paginya, yang sebenarnya pada
saat itu berada dirumah sakit dan ada di samping bapak adalah saya namun sayapun pada waktu itu tidak dapat menyaksikan napas terakhir bapak, hingga pada
waktu itu hanya ibu kami yang ada bersama bapak, karena pada waktu itu saya bersama saudara
berangkat ke rumah kerabat yang terdekat dengan rumah sakit untuk menyampaikan kabar bahwa
bapak dalam kondisi kritis(Jarak rumah kami dengan RS lumayan jauh, dengan kondisi kota waikabubak waktu itu)namun kehendak yang Maha kuasa berbeda jarak yang
kami tempuh pada waktu itu belum terlalu jauh bapak sudah menghembuskan napas
terakhirnya.
Cerita
singkat diatas adalah moment terakhir yang saya saksikan sebelum bapak pergi
untuk selama-selamanya menghadap Bapa yang disorga, mengenang almarhum ditahun
ini genap 10 tahun bapak pergi untuk selama-lamanya, dan saat ini juga tanggal
10 september 2015 genap ayah kami berumur 54 tahun, mengenang sosok ayah yang
boleh saya katakan pada waktu beliau wafat umur saya baru untuk beranjak
dewasa, memang dikala itu merasa terpukul dan kehilangan arah sangat saya
rasakan, kehilangan sosok ayah tidak bagi kami saja sekeluarga namun bagi satu rumpun keluarga merasa kehilangan figur, yang menjadi contoh/panutan, teladan serta sosok
yang selalu memberikan motifasi.. secara manusiawi kami sadari wajar bagi setiap orang untuk
merasakan hal-hal ini.
Sosok
ayah setalah terlampau jauh sampai dengan saat ini ketika mengenang kembali
semasa beliau hidup banyak ajaran yang dikala itu ketika jiwa masih labil atau
istilah seperti sekarang ini ABG merasa bahwa ajaran yang diberikan seolah-olah
menjadi penghalang dalam pergaulan, namun sebenarnya dibalik semua itu ada
hikmahnya. dan doktrin-doktrin(karena masih terasa sampai dengan saat ini)
dikala itu yang hingga saat ini sangat
bermanfaat. seperti halnya kejujuran, tidak tebang pilih(pilih kasih), selalu
sama rata sama rasa, ketika hal itu salah harus katakan salah dan sebaliknya,
serta peduli terhadap tanggung jawab.beberapa contoh hal-hal diatas selalu
terbawa hingga saat ini. dari hal ini mengajarkan saya bahwa setiap hidup itu
punya aturannya masing-masing.
Mengenang
beliau sangat dan terlalu banyak ajaran yang diberikan, pendekatan ayah terhadap anak-anaknya selalu terasa dimana ada kalanya beliau harus keras, dan juga ada
kasih sayang, canda tawa terhadap kami anak-anaknya. salah satu kebiasaan
yang sampai dengan saat ini masih terngiang untuk kami anak-anaknya memanggil kami
dengan tidak menyebut nama kami semua, contoh untuk kakak saya panggilannya Ubu, untuk saya panggilannya Adi dan untuk adik kami yang bungsu
panggilannya Ina(dalam bahasa sumba
mama), ketika beliau memanggil kami menggunakan nama panggilan kami, itu berarti ada
kesalahan yang kami perbuat dan itu salah.
ketika ada hal-hal yang kami lakukan yang salah dan
membutuhkan sikap yang keras beliau dengan cara yang khas memberikan teguran
awalnya harus dengan dialog empat mata menanyakan yang sebenarnya apa yang
sudah kami lakukan dan ketika hal itu kami jawab dengan jujur kami diberikan
nasehat untuk tidak berbuat hal yang sama, namun ketika hal itu terulang
kembali dan sampai berulang-ulang kali pada saat itulah beliau menegur
dengan keras, dari cara seperti ini banyak hal yang dipelajari mengenai
memberikan kesempatan bagi setiap orang tentang apa yang diperbuat, dan sampai
pada titik tertentu harus diberikan teguran agar kesalahan itu tidak diperbuat
lagi dan bila perlu menjadi yang terakhir kalinya.
Cerita
tentang almarhum ayah kami tercinta bagi saya tidak akan ada habisnya dengan
sekelumit ajaran yang diberikan, salah satu ajaran yang juga menjadi pedoman
hingga saat ini tentang ajaran yang sekuler terhadap ajaran-ajaran lainnya(dalam
kehidupan beragama) dalam hal ini bukan berarti diberikan kebebasan yang
berlebihan, contoh hal dalam ajaran keagamaan sebagai seorang pendeta tentu
banyak kehidupan rohani yang selalu ditekankan pada kehidupan berkeluarga,bagaimana
harus bersikap, mampu membedakan yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang
salah, dan itu semuanya sangat membantu hingga saat ini baik itu menyangkut
pertumbuhan iman dan percaya sebagai orang KRISTEN(pengikut Kristus) sejati.
Dan juga tidak luput dengan cara hidup yang baik dan benar dalam kehidupan
bersosial dan bermasyarakat. Dari berbagai cerita diatas sedikit tidaknya sudah
memberikan obat penawar bagi hati yang rindu bagi ayah tercinta yang sudah
hidup damai bersama Sang Pencipta.
Akhirnya
saya katakan bahwa saya bangga menjadi putra beliau, yaitu almarhum bapak/ayah
terkasih Pdt. Petrus Pahehung. Yang sudah banyak mengajarkan hal-hal yang luar
biasa dalam kehidupan saya, hingga saat ini ketika saya menuliskan goresan
tangan yang cuman sedikit dari cerita-cerita semasa hidup beliau karena terlalu
banyak hal yang bahkan tidak bisa saya ungkapkan dalam kalimat. Akhirnya dengan
mengenang sudah 10 tahun bapak pergi dan tak kembali serta ulang tahun yang
ke-54. damai selalu di sorga buat bapak. Tuhan Yesus Memberkati. AMIN.
Yogyakarta,
Kaki Merapi September 2015
Written September 10, 2015 by Oryhd.blogspot.com
No commentsMinggu, 29 Maret 2015
BAIK & BENAR
Selintas kata-kata ini bisa diartikan mempunyai konotosi atau makna/arti
yang sama, namun bagi saya(bisa di interprestasikan
masing-masing), berawal dari saya secara pribadi menonton sebuah acara
televisi swasta yang menayangkan sebuah program acara televisinya yang secara
rutin ditayangkan pada hari-hari tertentu, program acaranya karena sering saya
nonton saya berani katakan bahwa acara itu cukup memberikan banyak inspirasi
dan motivasi tentang kehidupan dalam bersosial.
Berawal dari menonton
program acara televisi itu, kemudian memberikan banyak pertanyaan dalam pikiran
saya tentang dua kata seperti judul yang saya sampaikan diatas, kata yang
disampaikan oleh nara sumber dalam acara itu, kemudian menjadi bahan pemikiran
saya dalam beberapa hari setelah itu, dan suatu saat ketika ada kejadian yang
saya alami kemudian mengingatkan saya kembali tentang kata-kata itu.
Dalam hal menolong mungkin
setiap manusia pastilah mengalami hal ini karena bagaimanapun kita(manusia)
selalu beraktifitas dan selalu bertemu dengan sesama kita, dan hal ini pun
sebagai orang yang beriman tentunya hal ini dianjurkan dari agama kita
masing-masing. Dan hal menolong ini merupakan perilaku yang baik yang bahkan
sudah banyak di-idamkan oleh setiap manusia.
Namun yang menjadi
pertanyaan bagi saya tentang perilaku “Menolong” ini bagi saya sama dengan
berkelakuan “baik’ kemudian ketika saya berbuat “baik” dalam hal ini
‘’menolong’’ kemudian saya mengorbankan beberapa agenda atau kegiatan yang
Urgent dan kedua hal itu sama-sama urgentnya yaitu sikap menolong tadi dengan
agenda yang sudah kita buat, ketika saya harus menepati janji yang sudah
sama-sama dibuat dan sudah menentukan hari, jam dan lain-lainnya tentunya
adalah perilaku yang benar. Dan Akhirnya kedua hal ini sama-sama tidak
terlaksana, walaupun yang satunya hampir terlaksana namun tidak maksimal.
Dari kedua hal ini bisa
menjadi bahan refleksi bagi saya dan mungkin bagi kawan-kawan yang sudah pernah
merasakan hal seperti ini dari hal berkelakuan Baik dan Benar, dari hal yang
saya alami yang ditolong itu bisa berdampak bagi orang banyak, sedangkan yang
menuntut saya untuk berperilaku benar itu tentang hal pribadi saya sendiri,
karena saya sudah menyatakan untuk bertemu dihari yang sama dengan seseorang
yang menyangkut mas depan saya, yang saya pikirkan adalah ketika saya meminta
untuk bertemu pada hari itu mungkin saja sebenarnya dia mempunyai agenda lain,
namun karena ada hal lain yang dia lihat dari kondisi saya waktu kemudian dia mengiyakan untuk bertemu.
Bagi saya dari kedua hal ini tentang berperiliku BAIK dan BENAR ada makna
yang sangat berkesan.
Akhirnya muncul pemikiran,
tentang kondisi ketika kita sedang bepergian menggunakan alat transportasi
apapun namun saya melihatnya di sebuah pesawat, ketika hal-hal genting terjadi
di himbau bagi semua penumpang untuk menolong dirinya sendiri terlebih dahulu
setelah itu baru dianjurkan untuk menolong orang lain.
--------------Matur Thankyu-----------------
Written Maret 29, 2015 by Oryhd.blogspot.com
No comments
Langganan:
Komentar (Atom)



